Rabu, 30 Oktober 2013

Pariwisata Kalimantan Selatan



Pariwisata Kalimantan Selatan 
Athalika Azzahra 8-9A
            Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak pulau. Diantara pulau-pulau yang ribuan jumlahnya itu terdapat 5 pulau besar, yaitu; Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, dan Irian Jaya. Masing-masing pulau memiliki daya tariknya tersendiri, tentunya juga dalam hal pariwisata. Kekayaan alam dan budaya merupakan hal penting dalam pariwisata di Indonesia. Tidak hanya itu, pariwisata di Indonesia juga membawa keberuntungan kepada ekonomi Indonesia. Semakin indah dan menarik pariwisatanya, semakin banyak juga wisatawan dari dalam atau luar negri yang bersedia untuk membayar hanya untuk bisa menikmati keindahan tempat wisata tersebut. Pada tahun 2009, pariwisata mendapat urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa (setelah penghasilan dari minyak, gas bumi dan minyak kelapa sawit).
                Hal seperti itu dapat terjadi karena betapa indahnya pariwisata di Indonesia, tidak usah jauh-jauh keindahan pariwisata juga dapat dengan mudahnya ditemui di Pulau Kalimantan lebih tepatnya di bagian Selatan. Kalimantan Selatan adalah salah satu dari begitu banyak provinsi di Indonesia yang memiliki ibu kota bernama Kota Banjarmasin, provinsi ini memiliki 11 Kabupaten dan 2 Kota. Provinsi ini juga sering disebut sebagai Provinsi Seribu Sungai karena saking banyaknya sungai di sekitar wilayah provinsi tersebut, Sungai Barito dan Sungai Martapula lah yang paling dikenal disana.
Pasar terapung adalah bukti bahwa hidup masyarakat sekitar bertergantungan dengan sungai, mereka menjual dan membeli mulai dari sayur-mayur, buah-buahan, jajanan hingga barang-barang kebutuhuan pokok di atas perahu. Pasar terapung ini juga salah satu daya tarik yang paling memikat para wisatawan,  Pasar Terapung Kuin contohnya; pasar ini terletak di muara Sungai Kuin salah satu anak sungai Barito, pelancong dapat mencapai lokasi pasar menggunakan perahu kelotok sewaan yang banyak ditemukan di pusat kota.

                Selain itu, ada juga taman yang terletak di tengah kota (Banjarmasin). Taman ini diberi nama Taman Siring Sungai Martapura, Taman Siring ini berbatasan langsung dengan Sungai Martapura yang mengalir membelah kota. Saat senja menjelang, taman ini akan ramai didatangi oleh anak-anak muda yang tinggal di sekitar daerah tersebut, jajanan kecil dapat dengan mudahnya ditemui di taman ini. Di sebrang Taman Siring, terletak juga Masjid Raya Sabilal Muhtadin nama masjid ini sendiri terinspirasi dari salah satu ulama besar Kalimantan Selatan; Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Masjid ini adalah satu masjid terbesar di Banjarmasin, tentu saja lah total daya tampung masjid ini mencapai sekitar 15.000 orang. 

Kerajaan Kalimantan Selatan


 Kerajaan Kalimantan Selatan
             

Pada jaman dahulu, kalimatan selatan adalah twmpat dimana ada banyak kerajaan. Seperti Kerajaan Negara Dipa/Daha, Kerajaan Banjar, dan Kerajaan Kuripan.

             
Kerajaan Banjar adalah kerajaan Islam di pulau kalimantan yang wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar daerah kalimantan pada saat sekarang ini. Pusat Kerajaan Banjar yang pertama adalah daerah di sekitar Kuin Utara (sekarang di daerah Banjarmasin) , kemudian dipindah ke martapura setelah keraton di Kuin dihancurkan oleh Belanda. Kerajaan ini berdiri pada september 1526 dengan Sultan Suriansyah (Raden Samudera) sebagai Sultan pertama Kerajaan Banjar.

Kerajaan Banjar semakin berkembang dan lama kelamaan luas wilayahnya semakin bertambah. Kerajaan Banjar yang berdiri pada 24 september 1526 sampai berakhirnya perang Banjar yang merupakan keruntuhan kerajaan Banjar memiliki 19 orang raja yang pernah berkuasa. Sultan pertama kerajaan Banjar adalah Sultan Suriansyah (1526 - 1545), beliau adalah raja pertama yang memeluk Agama Islam. Raja terakhir adalah Sultan Mohammad Seman (1862 - 1905), yang meninggal pada saat melakukan pertempuran dengan belanda di puruk cahu.




Lalu Kerajaan Negara daha juga ada. Kerajaan Negara Daha adalah sebuah kerajaan Hindu (Syiwa-Buddha) yang  berdiri di Kalimantan Selatan. Di mulai dengan Kerajaan Nan Saranai yang hanya berdiri selama ratusan tahun. Lalu merubah menjadi Kerajaan Negara Dipa yang berdiri [ada tahun 1355 hanya bertahan kurang dari satu abad. Pada masa inilah Kerajaan Negara Dipa akhirnya diganti dengan kerajaan baru yaitu Kerajaan Negara Daha.

Lalu terakhir adalah Kerajaan Kuripan atau dengan nama lain” kerajaan paling tua”. Kerajaan Kauripan adalah kerajaan yang lebih dulu berdiri sebelum Kerajaan Negara Dipa. Kerajaan Kuripan ini diduga adalah kerajaan yang sama dengan Kerajaan Nan Sarunai tetapi hanya lebih tua atau mungkin pula Nan Sarunai adalah bawahan dari Kuripan.

Cerita Legenda dari Kalimantan



Cerita Legenda dari Kalimantan
Oleh: Abid Ismail 8-9A

Dalam masa kanak – kanak, kita pasti selalu di ceritakan banyak cerita salah satunya adalah sebuah legenda, tidak sampai disitu ternyata cerita legenda tersebut sangat berarti dan menambah wawasan pada kita karena legenda selalu mengulas cerita dibalik suatu tempat. Apa itu legenda, salah satu jenis cerita yang biasanya diceritakan turun menurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya.
            
 sekarang penulis akan menceritakan legenda yang asal – muasalnya dari Kalimantan Selatan atau yang lebih kita kenal dengan Banjarmasin. Berikut cuplikan beberapa cerita legenda dari Banjarmasin: 

Yang pertama adalah legenda yang berjudul Legenda Sungai Barito, cerita ini menjelaskan mengenai terbentuknya Sungai Barito, lanjut keceritanya, Pada zaman dahulu di sebuah desa hiduplah seorang janda dan kedua anaknya yang bernama Patih Laluntur dan Patih Sasanggan. Karena usianya sudah tua sang ibu pun meninggal dunia sehingga kedua anaknya pun bingung dan akhirnya mereka berdua mencari tempat yang lebih ramai tetapi mereka tidak tau tujuanya sehingga mereka tersesat dan menetap dibawah pohon saat asik membakar ranting – ranting mereka mencium aroma tidak sedap sehingga mereka


mencarinya akhirnya mereka menemukan sebuah pohon yang sangat empuk dan mereka makan rasanya lebih lezat dari daging biasanya kesokan harinya mereka ditumbuhi sisik, konon pohon tersebut adalah seorang yang bertapa dan berubah seperti pohon  dan berjalanlah dua ekor buaya dan karena ada getaran vulkanik terbuatlah sungai tersebut yang dilewati kedua buaya.

Yang kedua adalah sebuah legenda yang menceritakan tentang objek wisata yang terkenal di Banjarmasin yaitu Gunung Batu Hapu. Ceritanya berawal dari Nini Kudampai adalah seorang janda yang memiliki anak yaitu Angui yang masih sangat kecil sehingga belum dapat membantu ibunya, ibunya adalah pekerja keras dan giat. Suatu hari Angui yang ditemaning dengan 3 ekor hewan peliharaanya yaitu anjing putih, babi putih, dan ayam putih sedang bermain lalu ada saudagar keling yang terus memantauinya dan mendapat firasat jika ia mengasuh anak tersebut hidupnya akan mendapat keberuntungan dan nasib yang baik.Ia pun akhirnya direstui ibunya untuk pergi dan Angui ingin ketiga peliharaanya tersebut dijaga. 

Setelah sekian lama pergi Angui menjadi sukses dan mendapatkan istri yang berdarah kerajaan sehingga namanya pun diganti menjadi Bambang Padmaraga dan setelah sukses ia pun mulai merindukan sang ibu akhirnya ia pergi bersama ajudan dan anak serta istrinya ke tempat ia semasa muda dan ia juga , saat bertemu ibunya ia merasa malu dihadapan istri dan anak nya ia pun menyuruh sang ajudan untuk mengusir sang ibu, ibunya pun merasa sedih sehingga sang ibu menyumpahkan anak nya untuk dikutuk, dan kapalnya dan seisisnya berubah menjadi batu dan tempat tersebut dinamakan Gunung Batu Hapu.



Yang terakhir menceritakan asal – muasalnya banua Banjar, legenda ini bermula ketika Lambung Mangkurat dari kerajaan Nagara Dipa berusaha mencari sosok pemimpin untuk memerintah kerajaan tersebut. Hal ini sesuai pesan sang ayah, Empu Jatmika, yang mengatakan kepada Lambung Mangkurat dan Empu Mandastana supaya tidak berambisi menjadi raja. Justru mereka harus mencari pengganti Empu Jatmika. Selama bertahun-tahun, kedua putra Empu Jatmika bertapa belum juga mendapat firasat dan petunjuk siapa gerangan yang bakal menjadi raja. 


Empu Jatmika mengarahkan keduanya. Lambung Mangkurat kemudian bertapa ditepi sungai di Luhuk Bargaja. Dalam pertapaannya, ia menemukan sosok raja yang dicarinya. Kisahnya digambarkan sebagai berikut. Permukaan air sungai seketika itu berbuih dan bercahaya. Sejenak air tenang, kemudian terdengar suara lembut nan merdu dari buih tersebut. "Wahai, Lambung Mangkurat, akulah raja yang kau cari-cari selama ini. Namaku Putri Junjung Buih."Sesuai amanat Empu Jatmika, Lambung Mangkurat menawarkan tempat tinggal di dalam candi yang telah dibangun ayahnya sebelum meninggal. Namun Putri Junjung Buih Menolaknya. Ia mau menjadi raja di Nagara Dipa jika dibuatkan mahligai tuntung sahari (selesai dalam sehari) dengan tiang empat batang haur batung batulis yang tumbuh di Gunung Batupiring. Kemudian minta disediakan kain lagundi sepanjang 7 hasta, lebar 3 jengkal dan dirajut oleh 40 gadis perawan. Setelah permintaan tersebut dipenuhi, pada malam harinya keluarlah Putri Junjung Buih dari dalam air. Putri Junjung Buih adalah sosok suci kiriman dari batara dewa yang muncul ke permukaan bumi dari alam sagara atau alam bawah. Ia mengemban tugas memimpin Kerajaan Nagara Dipa, cikal bakal banua Banjar.