Rabu, 30 Oktober 2013

Cerita Legenda dari Kalimantan



Cerita Legenda dari Kalimantan
Oleh: Abid Ismail 8-9A

Dalam masa kanak – kanak, kita pasti selalu di ceritakan banyak cerita salah satunya adalah sebuah legenda, tidak sampai disitu ternyata cerita legenda tersebut sangat berarti dan menambah wawasan pada kita karena legenda selalu mengulas cerita dibalik suatu tempat. Apa itu legenda, salah satu jenis cerita yang biasanya diceritakan turun menurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya.
            
 sekarang penulis akan menceritakan legenda yang asal – muasalnya dari Kalimantan Selatan atau yang lebih kita kenal dengan Banjarmasin. Berikut cuplikan beberapa cerita legenda dari Banjarmasin: 

Yang pertama adalah legenda yang berjudul Legenda Sungai Barito, cerita ini menjelaskan mengenai terbentuknya Sungai Barito, lanjut keceritanya, Pada zaman dahulu di sebuah desa hiduplah seorang janda dan kedua anaknya yang bernama Patih Laluntur dan Patih Sasanggan. Karena usianya sudah tua sang ibu pun meninggal dunia sehingga kedua anaknya pun bingung dan akhirnya mereka berdua mencari tempat yang lebih ramai tetapi mereka tidak tau tujuanya sehingga mereka tersesat dan menetap dibawah pohon saat asik membakar ranting – ranting mereka mencium aroma tidak sedap sehingga mereka


mencarinya akhirnya mereka menemukan sebuah pohon yang sangat empuk dan mereka makan rasanya lebih lezat dari daging biasanya kesokan harinya mereka ditumbuhi sisik, konon pohon tersebut adalah seorang yang bertapa dan berubah seperti pohon  dan berjalanlah dua ekor buaya dan karena ada getaran vulkanik terbuatlah sungai tersebut yang dilewati kedua buaya.

Yang kedua adalah sebuah legenda yang menceritakan tentang objek wisata yang terkenal di Banjarmasin yaitu Gunung Batu Hapu. Ceritanya berawal dari Nini Kudampai adalah seorang janda yang memiliki anak yaitu Angui yang masih sangat kecil sehingga belum dapat membantu ibunya, ibunya adalah pekerja keras dan giat. Suatu hari Angui yang ditemaning dengan 3 ekor hewan peliharaanya yaitu anjing putih, babi putih, dan ayam putih sedang bermain lalu ada saudagar keling yang terus memantauinya dan mendapat firasat jika ia mengasuh anak tersebut hidupnya akan mendapat keberuntungan dan nasib yang baik.Ia pun akhirnya direstui ibunya untuk pergi dan Angui ingin ketiga peliharaanya tersebut dijaga. 

Setelah sekian lama pergi Angui menjadi sukses dan mendapatkan istri yang berdarah kerajaan sehingga namanya pun diganti menjadi Bambang Padmaraga dan setelah sukses ia pun mulai merindukan sang ibu akhirnya ia pergi bersama ajudan dan anak serta istrinya ke tempat ia semasa muda dan ia juga , saat bertemu ibunya ia merasa malu dihadapan istri dan anak nya ia pun menyuruh sang ajudan untuk mengusir sang ibu, ibunya pun merasa sedih sehingga sang ibu menyumpahkan anak nya untuk dikutuk, dan kapalnya dan seisisnya berubah menjadi batu dan tempat tersebut dinamakan Gunung Batu Hapu.



Yang terakhir menceritakan asal – muasalnya banua Banjar, legenda ini bermula ketika Lambung Mangkurat dari kerajaan Nagara Dipa berusaha mencari sosok pemimpin untuk memerintah kerajaan tersebut. Hal ini sesuai pesan sang ayah, Empu Jatmika, yang mengatakan kepada Lambung Mangkurat dan Empu Mandastana supaya tidak berambisi menjadi raja. Justru mereka harus mencari pengganti Empu Jatmika. Selama bertahun-tahun, kedua putra Empu Jatmika bertapa belum juga mendapat firasat dan petunjuk siapa gerangan yang bakal menjadi raja. 


Empu Jatmika mengarahkan keduanya. Lambung Mangkurat kemudian bertapa ditepi sungai di Luhuk Bargaja. Dalam pertapaannya, ia menemukan sosok raja yang dicarinya. Kisahnya digambarkan sebagai berikut. Permukaan air sungai seketika itu berbuih dan bercahaya. Sejenak air tenang, kemudian terdengar suara lembut nan merdu dari buih tersebut. "Wahai, Lambung Mangkurat, akulah raja yang kau cari-cari selama ini. Namaku Putri Junjung Buih."Sesuai amanat Empu Jatmika, Lambung Mangkurat menawarkan tempat tinggal di dalam candi yang telah dibangun ayahnya sebelum meninggal. Namun Putri Junjung Buih Menolaknya. Ia mau menjadi raja di Nagara Dipa jika dibuatkan mahligai tuntung sahari (selesai dalam sehari) dengan tiang empat batang haur batung batulis yang tumbuh di Gunung Batupiring. Kemudian minta disediakan kain lagundi sepanjang 7 hasta, lebar 3 jengkal dan dirajut oleh 40 gadis perawan. Setelah permintaan tersebut dipenuhi, pada malam harinya keluarlah Putri Junjung Buih dari dalam air. Putri Junjung Buih adalah sosok suci kiriman dari batara dewa yang muncul ke permukaan bumi dari alam sagara atau alam bawah. Ia mengemban tugas memimpin Kerajaan Nagara Dipa, cikal bakal banua Banjar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar