Cerita
Legenda dari Kalimantan
Oleh: Abid Ismail 8-9A
Dalam
masa kanak – kanak, kita pasti selalu di ceritakan banyak cerita salah satunya
adalah sebuah legenda, tidak sampai disitu ternyata cerita legenda tersebut
sangat berarti dan menambah wawasan pada kita karena legenda selalu mengulas
cerita dibalik suatu tempat. Apa itu legenda, salah satu jenis cerita yang
biasanya diceritakan turun menurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya.
sekarang penulis akan menceritakan legenda yang asal – muasalnya dari
Kalimantan Selatan atau yang lebih kita kenal dengan Banjarmasin. Berikut cuplikan
beberapa cerita legenda dari Banjarmasin: 
Yang pertama adalah legenda yang
berjudul Legenda Sungai Barito,
cerita ini menjelaskan mengenai terbentuknya Sungai Barito, lanjut keceritanya,
Pada zaman dahulu di sebuah desa hiduplah seorang janda dan kedua anaknya yang
bernama Patih Laluntur dan Patih Sasanggan. Karena usianya sudah tua sang ibu
pun meninggal dunia sehingga kedua anaknya pun bingung dan akhirnya mereka
berdua mencari tempat yang lebih ramai tetapi mereka tidak tau tujuanya
sehingga mereka tersesat dan menetap dibawah pohon saat asik membakar ranting –
ranting mereka mencium aroma tidak sedap sehingga mereka
mencarinya akhirnya mereka menemukan
sebuah pohon yang sangat empuk dan mereka makan rasanya lebih lezat dari daging
biasanya kesokan harinya mereka ditumbuhi sisik, konon pohon tersebut adalah
seorang yang bertapa dan berubah seperti pohon dan berjalanlah dua ekor buaya dan karena ada
getaran vulkanik terbuatlah sungai tersebut yang dilewati kedua buaya.
Yang
kedua adalah sebuah legenda yang menceritakan tentang objek wisata yang
terkenal di Banjarmasin yaitu Gunung
Batu Hapu. Ceritanya berawal dari Nini
Kudampai adalah seorang janda yang memiliki anak yaitu Angui yang masih sangat
kecil sehingga belum dapat membantu ibunya, ibunya adalah pekerja keras dan
giat. Suatu hari Angui yang ditemaning dengan 3 ekor hewan peliharaanya yaitu
anjing putih, babi putih, dan ayam putih sedang bermain lalu ada saudagar
keling yang terus memantauinya dan mendapat firasat jika ia mengasuh anak
tersebut hidupnya akan mendapat keberuntungan dan nasib yang baik.Ia pun akhirnya direstui ibunya untuk pergi dan Angui ingin
ketiga peliharaanya tersebut dijaga. 
Setelah sekian lama pergi Angui menjadi sukses dan mendapatkan istri
yang berdarah kerajaan sehingga namanya pun diganti menjadi Bambang Padmaraga
dan setelah sukses ia pun mulai merindukan sang ibu akhirnya ia pergi bersama
ajudan dan anak serta istrinya ke tempat ia semasa muda dan ia juga , saat
bertemu ibunya ia merasa malu dihadapan istri dan anak nya ia pun menyuruh sang
ajudan untuk mengusir sang ibu, ibunya pun merasa sedih sehingga sang ibu
menyumpahkan anak nya untuk dikutuk, dan kapalnya dan seisisnya berubah menjadi
batu dan tempat tersebut dinamakan Gunung Batu Hapu.
Yang terakhir menceritakan asal – muasalnya banua Banjar, legenda ini bermula ketika Lambung Mangkurat dari
kerajaan Nagara Dipa berusaha mencari sosok pemimpin untuk memerintah kerajaan
tersebut. Hal ini sesuai pesan sang ayah, Empu Jatmika, yang mengatakan kepada
Lambung Mangkurat dan Empu Mandastana supaya tidak berambisi menjadi raja.
Justru mereka harus mencari pengganti Empu Jatmika. Selama bertahun-tahun,
kedua putra Empu Jatmika bertapa belum juga mendapat firasat dan petunjuk siapa
gerangan yang bakal menjadi raja. 
Empu Jatmika mengarahkan
keduanya. Lambung Mangkurat kemudian bertapa ditepi sungai di Luhuk Bargaja.
Dalam pertapaannya, ia menemukan sosok raja yang dicarinya. Kisahnya
digambarkan sebagai berikut. Permukaan air sungai seketika itu berbuih dan
bercahaya. Sejenak air tenang, kemudian terdengar suara lembut nan merdu dari
buih tersebut. "Wahai, Lambung Mangkurat, akulah raja yang kau cari-cari
selama ini. Namaku Putri Junjung Buih."Sesuai amanat Empu Jatmika, Lambung
Mangkurat menawarkan tempat tinggal di dalam candi yang telah dibangun ayahnya
sebelum meninggal. Namun Putri Junjung Buih Menolaknya. Ia mau menjadi raja di
Nagara Dipa jika dibuatkan mahligai tuntung sahari (selesai dalam sehari)
dengan tiang empat batang haur batung batulis yang tumbuh di Gunung Batupiring.
Kemudian minta disediakan kain lagundi sepanjang 7 hasta, lebar 3 jengkal dan
dirajut oleh 40 gadis perawan. Setelah permintaan tersebut dipenuhi, pada malam
harinya keluarlah
Putri Junjung Buih dari dalam air. Putri Junjung Buih adalah sosok suci kiriman
dari batara dewa yang muncul ke permukaan bumi dari alam sagara atau alam
bawah. Ia mengemban tugas memimpin Kerajaan Nagara Dipa, cikal bakal banua
Banjar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar